Selasa, 2 September 2008 | 09:55 WIB Sukacita di bulan suci Ramadhan sempat terasa jauh dari keluarga Rosidah, pemulung yang mengais rejeki dengan mengumpulkan sampah botol dan kemasan plastik. Lihat saja, baru memasuki hari pertama puasa, Senin (1/9) kemarin, mereka tak banyak menemukan "harta karun" -nya.
Warga Kalibata yang sehari-harinya memulung di daerah Juanda hingga Sawah Besar ini mengaku tak dapat Mengumpulkan kemasan plastik seperti hari-hari kemarin. Biasanya, Rosidah yang ditemani tiga dari empat anaknya mampu memulung kemasan plastik hingga 5 kilogram. Namun, pada hari pertama puasa kemarin, 2 kilogram pun belum terkumpul.
Dengan harapan mendapat rejeki lebih, menjelang maghrib Rosidah bersama suaminya Supriyanto serta ketiga anaknya, Rudi (8), Satrio (5), dan Rosa (3) mendatangi Masjid Istiqlal. Keluarga ini mempunyai empat anak, tapi si sulung yang duduk di kelas 2 SMP, tak ikut karena harus sekolah. Sementara Rudi yang duduk di bangku kelas 3 SD masih bisa ikut karena sekolahnya libur di awal puasa.
"Hari ini sepi enggak ada Aqua (kemasan palstik air mineral-red). Jadi, siapa tahu aja di sini ada," ujar Rosidah ketika ditemui usai berbuka puasa di Masjid Istiqlal, kemarin.
Tapi yang namanya rejeki memang tak akan lari ke mana. Sepanjang bulan Ramadhan ini, Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal menyediakan makanan gratis bagi siapa saja yang mau datang untuk berbuka puasa bersama di Istiqlal. Menunya nasi kotak di dalam kemasan styrofoam serta kopi, teh, susu atau air mineral dalam kemasan gelas plastik.
Rosidah dan keluarga sebenarnya tak tahu bahwa ada buka puasa gratis di Istiqlal, jadi sambil tetap memulung mereka pun mendapat rejeki berupa makanan berbuka. Tak heran jika setelah tahu bahwa acara ini diadakan hingga hari terakhir Ramadhan, Rosidah sudah berniat untuk terus mengunjungi mesjid besar di kawasan Lapangan Banteng itu.
Benar saja, dugaan Rosidah pun terbukti. Setelah selesai berbuka, dalam waktu sekejap ketiga anaknya sudah memegang plastik-plastik besar berisikan kemasan gelas plastik. Sebelumnya, mereka 'bergerilya' dengan lincahnya menyusuri lorong-lorong lantai 1 masjid termegah di Indonesia itu.
Menurut Supriyanto, biasanya mereka menjual kemasan plastik dengan harga Rp 10.500 per kilogram, tapi sayang kini harganya turun drastis menjadi Rp 5.500 per kilogram. "Dari agennya udah begitu katanya. Enggak tahu kenapa," ujar Supriyanto yang baru saja di-PHK dari sebuah koperasi pertambangan enam bulan yang lalu.
Selain memulung kemasan plastik, Rosidah dan Supriyanto juga memulung kertas bekas. Biasanya mereka datang setiap hari ke sebuah agen perjalanan di Jalan Suryopranoto. Dari penghasilan mereka memulung kemasan plastik dan kertaslah mereka dapat membiayai hidup sehari-hari, dan bahkan menyekolahkan dua anaknya.